Selasa, 21 September 2021

 

IBUKU PULANG KAMPUNG

Saat itu aku baru duduk kelas dua sekolah dasar, mungkin ibu angkatku  melihatku  sebagai anak yang sudah pantas mengetahui siapa aku sebenarnya di dalam keluarga kecilnya.  Masih melekat dalam ingatanku  pada malam  itu aku  baru pulang dari mengaji di musholla sebelah rumah.  Ibu memangilku, kami duduk berdua sambal menonton televisi. ibu bercerita  tentang aku, bisa ada di pulau Madura tinggal Bersama ibu dan bapak.   Rasanya sedih sekali mendengar cerita ibu jika aku bukan anak kandung mereka, aku hanya bisa terdiam mendengarnya.  Rengekan manja yang bisanya aku lakukan kepada mereka berdua  rasanya tidak ingin lagi aku lakukan  walaupun itu hanya sekedar  merengek meminta perhatiannya untuk disayang  apalagi sampai merengek meminta materi.  Selesai ibu bercerita aku masuk ke kamarku, aku tumpahkan air mata Ini dibantal boneka hello kitty.   Ini  tangisan pertama yang  aku rasakan sebagai seorang anak   tak dikehendaki. 

Setelah  aku tahu tentang  statusku hanyalah sebagai anak angkat, sejak itu pula aku sering mendengar pertengkaran ayah dan ibu.   Entah apa yang mereka pertengkarkan, apakah aku juga bagian dari pertengkaran mereka?, kalau bukan,  apa yang mereka pertengkarkan.  Setiap hari aku mendengar pertengakaran mereka.  Tidak ada yang bisa kuperbuat selain pergi ke kamar dan menangis. 

Aku sayang kepada mereka berdua.   Aku merasakan kasih sayang mereka berdua buatku, tapi aku hanyalah seorang anak kecil yang tidak mampu  memahami masalah orang tua.  Mengapa mereka  bertengkar sampai aku mendengarnya? Setiap hari aku mendengarnya dan aku melihatnya. Apa  dengan cara itu mereka puas mengungkapkan permasalahan mereka.  Apa  mungkin dengan cara itu mereka puas mengungkapkan kejengkelannya.    Mereka tidak pernah peduli dengan kehadiranku, mereka tidak perduli dengan perasaan seorang anak kecil yang dibawanya dari pulau Jawa yang merasakan ketakutan dengan teriakan- teriakan mereka berdua.   Ya… Allah hentikanlah pertengkaran mereka berdua.

Allah mengabulkan permintaanku. Petengkaran mereka telah usai.  Sekarang tidak ada lagi   teriakan-teriakan bapak dan ibuku yang membuatku takut.  Pertengkaran mereka telah berakhir dan awal perjuanganku menjadi seorang anak kecil menjadi anak yang mandiri.  Pertengkaran mereka berakahir  dengan sebuah perceraian.  Ibuku angkatku akhirnya pulang kampung meningalkan diriku Bersama bapakku.

Sekarang baru kusadari mengapa ibu menceritakan posisi aku dalam keluarga kecilnya, mungkin karena dia akan pergi dari keluarga ini.   Dia pergi tinggalkan aku. 

 

Kini  aku hidup dengan bapak angkat dan nenek di  rumah.   Tangisanku  telah berubah bukan lagi rasa takut, tangisanku  berubah pada rindunya kepada seorang ibu yang mau membelaiku disaat kuingin bermanja dengannya.  

Dua orang ibu telah melepaskanku, peluklah aku ibu walau kau jauh dariku, mimpikanlah aku, sebutlah namaku dalam doa-doa ibu.  Ibu aku  terlahir sebagai seorang wanita, suatu saat nanti aku  juga akan menjadi ibu.  Bekal apa yang akan aku berikan kepada anakku kelak untuk menjadi seorang ibu.

3 komentar:

 PEMBELAJARAN DIFERENSIASI POKOK BAHASAN KEBUTUHAN Mengapa harus diferensiasi? Sebagai seorang guru sudah menjadi bagian dalam proses kegi...