IBUKU PULANG KAMPUNG
Saat itu aku
baru duduk kelas dua sekolah dasar, mungkin ibu angkatku melihatku sebagai anak yang sudah pantas mengetahui
siapa aku sebenarnya di dalam keluarga kecilnya. Masih melekat dalam ingatanku pada malam
itu aku baru pulang dari mengaji
di musholla sebelah rumah. Ibu
memangilku, kami duduk berdua sambal menonton televisi. ibu bercerita tentang aku, bisa ada di pulau Madura tinggal
Bersama ibu dan bapak. Rasanya sedih
sekali mendengar cerita ibu jika aku bukan anak kandung mereka, aku hanya bisa terdiam
mendengarnya. Rengekan manja yang
bisanya aku lakukan kepada mereka berdua
rasanya tidak ingin lagi aku lakukan
walaupun itu hanya sekedar merengek meminta perhatiannya untuk
disayang apalagi sampai merengek meminta
materi. Selesai ibu bercerita aku masuk
ke kamarku, aku tumpahkan air mata Ini dibantal boneka hello kitty. Ini tangisan pertama yang aku rasakan sebagai seorang anak tak
dikehendaki.
Setelah aku tahu tentang statusku hanyalah sebagai anak angkat, sejak
itu pula aku sering mendengar pertengkaran ayah dan ibu. Entah apa yang mereka pertengkarkan, apakah
aku juga bagian dari pertengkaran mereka?, kalau bukan, apa yang mereka pertengkarkan. Setiap hari aku mendengar pertengakaran
mereka. Tidak ada yang bisa kuperbuat
selain pergi ke kamar dan menangis.
Aku sayang
kepada mereka berdua. Aku merasakan
kasih sayang mereka berdua buatku, tapi aku hanyalah seorang anak kecil yang
tidak mampu memahami masalah orang tua. Mengapa mereka bertengkar sampai aku mendengarnya? Setiap
hari aku mendengarnya dan aku melihatnya. Apa dengan cara itu mereka puas mengungkapkan
permasalahan mereka. Apa mungkin dengan cara itu mereka puas
mengungkapkan kejengkelannya. Mereka
tidak pernah peduli dengan kehadiranku, mereka tidak perduli dengan perasaan
seorang anak kecil yang dibawanya dari pulau Jawa yang merasakan ketakutan
dengan teriakan- teriakan mereka berdua.
Ya… Allah hentikanlah
pertengkaran mereka berdua.
Allah
mengabulkan permintaanku. Petengkaran mereka telah usai. Sekarang tidak ada lagi teriakan-teriakan bapak dan ibuku yang
membuatku takut. Pertengkaran mereka
telah berakhir dan awal perjuanganku menjadi seorang anak kecil menjadi anak
yang mandiri. Pertengkaran mereka berakahir
dengan sebuah perceraian. Ibuku angkatku akhirnya pulang kampung
meningalkan diriku Bersama bapakku.
Sekarang baru
kusadari mengapa ibu menceritakan posisi aku dalam keluarga kecilnya, mungkin
karena dia akan pergi dari keluarga ini.
Dia pergi tinggalkan aku.
Kini aku hidup dengan bapak angkat dan nenek di rumah.
Tangisanku telah berubah bukan
lagi rasa takut, tangisanku berubah pada
rindunya kepada seorang ibu yang mau membelaiku disaat kuingin bermanja
dengannya.
Dua orang ibu
telah melepaskanku, peluklah aku ibu walau kau jauh dariku, mimpikanlah aku, sebutlah
namaku dalam doa-doa ibu. Ibu aku terlahir sebagai seorang wanita, suatu saat
nanti aku juga akan menjadi ibu. Bekal apa yang akan aku berikan kepada anakku
kelak untuk menjadi seorang ibu.
Sangat menarik..bu..bukukan
BalasHapusMohon bimbingan, motivasi dan doanya untuk terus melanjutkan
Hapusmenarik dan inspiratif
BalasHapus