Jumat, 12 November 2021

 

ABSTRAK

 

 

 

R.Noviyati Hasyiani, 2021. IMPLEMENTASI RRP INTEGRATIF TEMA MEMBENTUK KARAKTER KEBANGSAAN PESERTA DIDIK DI ERA 4.0 MEWUJUDKAN BUDAYA LITERASI SISWA SMPN 1 SAMPANG

 

 

Kata kunci: RPP Integratif, Karakter Kebangsaan,Budaya Literasi

 

 

 

Dua hal permasalahan bangsa yang perlu diperhatikan oleh dunia Pendidikan sebagai pemeran pembentuk generasi  muda berkualitas menjadi penerus bangsa yaitu meorosot dan melunturnya nilai-nilai karakter manusia dan kurangnya budaya literasi.  Keadaan ini menyebabkab banyak   tindakan negative terjadi seperti korupsi, kekerasan yang begitu mudah terjadi seperti tawuran, perusakan sarana publik, penipuan, pelecehan seksual hingga pembunuhan serta sikap tidak setia pada negara dalam bentuk munculnya gerakan mendirikan negara  baru menjadi bukti konkret memudarnya nilai-nilai luhur yang selama ini melekat pada bangsa ini.

Dunia Pendidikan mempunyai peran utama dalam pembentukan karakter kebangsaan pada generasi muda sebagai penerus bangsa dan dunia melalui sebuah sistem pendidikan yang integral dan menyadarkan nilai-nilai kebangsaan.   Dalam  membentuk karakter kebangsaan pada peserta didik penulis selaku guru IPS telah melakukan kegiatan pembelajaran dengan media pemutaran film documenter G30S/PKI yang berinntegrasi dengan mata pelajaran PPKn, Pendidikan Agama Islam, Bahasa Indonesia, dan Seni budaya. Penintegrasian lima mata pelajaran ini tidak hanya membentuk karakter kebangsaan   tetapi juga membuka budaya literasi sekolah  di era revolusi industry 4.0 dengan produk yang dihasilkan berupa laporan tertulis tentang Analisa film documenter G30S/PKI.

Kegiatan pembelajaran dengan mengimplementasikan  RPP Integratif yang terdiri  dari lima mata pelajaran yaitu IPS, PPKn, Pendidikan   Agama Islam,  Bahhasa  Indonesia dan Seni Budaya  menunjukkan hal yang positif pada peserta didik dilihat dari jumlah peserta didik yang telah  tuntas  mengerjakan tugas laporan terulis  tentang analisa film dokumenter  peristiwa   G30S/PKI sebanyak 87,87% dengan  empat indikator  karakter  jujur, kerja keras, kreatif dan disiplin  dijadikan acuan membentuk karakter kebangsaan menuju generasi muda yang  hebat dan bermartabat.

Rabu, 10 November 2021

 

TIGA HURUF

 

Tiga huruf ini, bisa membuat orang bingung, karena bingungnya sampai menghadirkan kegiatan ekonomi ada pembeli dan ada penjual. Tiga huruf ini selalu hadir dalam otakku. Mulai dari bagaimana cara membuatnya, rasa iri  karena belum punya tiga huruf itu, sampai pada masalah tiga huruf itu adalah  tuntutan kerja sebagai bentuk keprofesionalan guru dalam dunia kerja. 

Aku benci dengan tiga huruf itu, aku ingin bisa buat tiga huruf itu karena ini tuntutan keprofesionalan kerja. Kalian bisa bayangkan betapa rumitnya otak ini dengan tiga huruf  ini. 

Mata dan telinga pun menjadi pemicu otakku berpikir, mau tidak mau aku harus belajar buat tiga huruf itu.  Tidak membuat berarti  sebuah kemunduran dari keprofesionalan guru. Menangis hanya akan membuat sia – sia.  Mau berguru dimana gurunya tidak tahu yang ada pada saat itu adalah penjahit dengan tarif yang lumayan menguras kantong dapur sedang kenaikan pangkat hanya seperberapanya dari ongkos jahit. Dan aku tidak tahu bagaimana membuat  tiga huruf  itu.

Apa tiha huruf itu, dia adalah P T K.

 

Idealis tetap aku bawa, aku harus bisa membuat tiga huruf itu.  Kesombongan diri selalu menghantui kalau mereka bisa mengapa aku tidak bisa.  Motivasi diri itu perlu. Berangkat dari kata ayooo tulis apa yang kamu bisa entah dari mana kamu akan tulis pokoknya menulis. 

 

Sok pintar jadi modal utama, langsung cari judul.  Haaa….. haaa judul ecek ecek aku dapatkan Setelah aku baca PTK ku sekarang, judul yang tidak kekinian kata temanku jika dibawa ketingkat nasional dari judul saja sudah tersepak meluncur dengan mulus ke bawah.  Tambah panas nih telinga mendengar ucapan itu. Untung ada ibu guruku yang mau meminjamkan PTKnya kepadaku. Aku baca mulai depan sampai belakang aku pahami mulai dari abstrak sampai pada bab per bab. Dengan otak pas pasan aku bisa buat.

 

Mulailah aku membuat. Dengan gayaku dan pemahaman ku.  Aku langsung memulai dari bab dua, hahahaha amburadul, pindah buat bab satu, amburadul lagi pindah bab tiga sampai akhirnya aku paham. Bahwa setiap bab itu ada keterkaitan keruntutan jalannya pikiran sang penulis.

 

Suatu hari ada tantangan dari bosku agar aku ikut lomba guru prestasi. Aku yakin dengan PTK terakhir yang aku buat sangat bagus sebab sudah aku praktekkan dengan observernya tidak tangung – tanggung ada sepuluh teman guru di dalam kelas waktu itu. Kegiatan tersebut mau dijadikan  sebagai contoh  penerapan pembelajaran berdasarkan kurikulum 13.

 

Datang  temanku yang sudah beberapa kali ikut Diklat nasional tentang jurnal. 

" Apa judul PTK mu?" tanyanya

Aku tunjukkan PTKku kepadanya, 

Dan  tahukah kalian apa komentar dia ? pedas gaeees serasa  pedasnya harga cabe diwaktu satu kilogram  dua ratus ribu,  kurang kekinian dan biasa saja katanya.

Blek ... rasanya hati ini menjadi ciut kepanasan.

PTK ecek ecek mau dilombakan, saya katakan tadi motivasi dari diri sendiri itu perlu. Aku tidak pernah takut dengan keyakinan aku merasa bahwa PTK ini sangat bagus, bolehlah judul  PTK ku  sekelas pasar tradisional tapi isi bisa nasional.  Haahaaa  gantungan  motivasi dirinya sangat tinggi sekali.  Sebuah keyakinan diri dengan hasil karya sendiri.

Keyakinan itu ada karena mulai dari penerapan RPPnya sampai menjadi tulisan adalah karyaku sendiri jadi aku tahu titik lemahnya dan aku tahu titik unggulnya. Ada dimana.

Sampailah pada hari lomba itu dan presentasi PTK  sudah dimulai. Dalam waktu lima belas menit aku harus bisa memaparkan isi PTK ini. 

Aku bacakan judulnya dan secepat itu pula aku mengalihkan perhatian penguji  dengan  langsung membahas latar belakang mengapa PTK ini ada dan secepat itu pula aku menyampaikan keunggulan PTK ini.

Ya Allah aku tidak menyangka pengujiku mengatakan soal di lembar kerja nya hots. Boleh kah saya ambil PTK mu?

Blek kedua … rasanya hati, dan blek ini juga serasa harga cabek yang  mulai anjlok pedasnya nikmat sekali.

Belajar lah dengan gigih nantinya kamu akan tahu nilai lebih dan nilai kekurangan mu. Jangan pernah putus asa. Akan ada kepuasan diri dan kebanggaan diri ketika itu hadilr dari kita sendiri. Semangat sukses selalu buat diriku dan pembaca tulisan ku

 

Sabtu, 06 November 2021

 

LELAKI KECILKU

Takdir mempertemukan aku dengan lelaki kecil ini dalam  kelas pembelajaran.  dulu kita pernah  bertemu bercakap dengan sangat terbatas sekali, kamu seakan tidak mau mendekatiku.  Sikap itu berubah ketika aku membetulkan ketrampilanmu yang rusak di depan guru prakarya.  Disitu aku melihat kamu mulai mau membuka diri denganku. ada percakapan kecil disitu. Dan aku perhatikan tatapan kosong matamu ingin sekali berada di dekatku.

“kamu mau jadi anak angkat Ibu ?”

Celotehan kecil ini, membuat kamu menatapku.

“ kamu tersenyum kepadaku, seakan ingin sekali aku bisa berada di dekatmu”

Pertemuan itu telah  berlalu, covid juga telah menutup kegiatan tatap muka di sekolah.  Aku juga tidak pernah tahu kamu berada di kelas berapa.

Di kelas sembilan ini kita ternyata ditakdir bersama dalam kelas pembelajaran.  menurutku kamu sama halnya dengan siswa yang lain.  Ternyata tidak. Kamu siswa lelaki kecilku yang tetap seperti di kelas tujuh menatapku ingin aku selalu berada di dekatmu.

Hari itu kamu datang terlambat ke sekolah, dan di jam pertama itu tepat pelajaranku.  Kamu datang membawa secarik kertas surat ijin dari waka kesiswaan. Aku tanya mengapa terlambat, kamu tersenyum sambil memberikan surat ijin masuk itu kepadaku.

Kedekatanku denganmu semakin erat ketika tugas menulis yang aku berikan dan kamu tidak mau menulisnya dengan alasan kamu tidak mau aku membaca tulisanmu.  Perlahan aku berikan kamu pengertian tentang maksud dari tulisan tersebut dan kamu bilang, “ saya akan menulisnya bu di rumah”

Ya…. Ibu tunggu besok pagi tulisanmu.

Kamu datang tepat waktu, kamu temui aku di ruang guru dengan membawa secarik tulisan dari  lembaran kertas buku yang kamu sobek sembari menunjukkan jari tanganmu ke mulut, “ibu janji tidak boleh membahas isi tulisanku”

Aku mengangguk di depanmu, dan aku melihatnya betapa senangnya kamu dengan anggukan kepalaku. Dan kamu berjalan keluar dari ruang guru, begitu senangnya.

Hari ini kamu mendekatiku. Kamu bilang, ibu aku lagi jatuh cinta dengan teman satu kelas di sini.

“apakah dia juga suka denganmu”

“saya perhatikan, ya bu…”

“ kamu sudah ungkapkan perasaanmu ke dia”

“belum ibu”

“kenapa?”

“Saya masih teringat dengan teman wanitaku  di kelas tujuh

“Kamu masih berhubungan dengan dia

“Tidak, kami sudah tidak ada lagi komunikasi

“Terus… ?

“Mana yang aku pilih… dia atau teman satu kelas ini, ibu?

“Hemm… kamu sekarang sudah belajar jadi laki-laki, dan kamu butuh tempat untuk cerita kecilmu itu.

“Pilihlah orang yang mencintaimu, bukan yang kamu cintai, anakku”

“Dan jangan pernah kamu hianati cintanya….”

Kamu tersenyum, mendengar jawabanku… ada rasa percaya diri yang kamu dapatkan dari percakapan kecil ini.

Siang ini betapa kagetnya aku, kamu datang menemuiku di ruang guru.  Mungkin kamu sudah dari tadi mencariku. Kamu datang duduk di sampingku tanpa ada rasa akan malu diperhatikan guru-guru yang lain.  Berbalik tubuhku menatapmu mencoba mengerti apa yang kamu inginkan.  Kamu hanya diam menatapku, terlihat air mata mulai menetes di pelupuk matamu yang kamu tahan.

Kamu ambil selembar tisu di depan meja.  Kebisuan itu tetap kamu pertahankan di depanku.

“Ada apa?”

Kamu tetap menggelengkan kepala, sambil memainkan tisu di tangan.

“bisakah kita pindah dari ruangan ini?” kamu anggukkan kepalamu, berjalan membuntutiku

Sampai di musholla, kamu pun tetap terdiam.

“Mengapa?”

Kamu masih tertunduk tidak mau menjawab.

“Dengan cewekmu?”

“Tidak ibu?”

“Teman cowok?”

“Tidak ibu?”

“Dengan siapa, bu guru?”

Semua pertanyaan itu kamu hanya bisa menjawab tidak di depanku. Kamu tetap membisu tidak ingin berbagi cerita denganku.

“Lain kali aku akan cerita ke ibu”

“baiklah, Anakku semakin dewasa seseorang, akan semakin banyak cerita yang  harus diselesaikan, dan ibu yakin kamu bisa, selesaikan semua ini.”

Hari ini kamu telah belajar menjadi dewasa.  Terlihatdari cara kamu mulai mengatur nafasmu menenangkan diri.

Diammu telah belajar,  kamu ingin dewasa, tidak semua masalah harus diceritakan kepada orang lain, kamu hanya ingin ada orang yang bisa mengerti kamu.

Ibu hargai keputusanmu. Jadilah dewasa anak lelaki kecilku.

Kita pulang, sekolah sudah mau ditutup.  Dan aku perhatikan kamu mengayuh sepeda, dengan ayunan langkah kakimu mengayuh sepeda itu seakan tidak  ada  lagi beban berat yang menghantuimu.

Sukses lelaki kecilku  mudah mudahan ibu bisa menjadi ibu… yang telah pergi mendahuluimu.

Doakan ibumu….karena dia tahu, kelak kamu akan menjadi laki-laki dewasa yang hebat dan selalu mendoakannya.

 

Rabu, 03 November 2021

 

TERJEBAK DI ANTOLOGI

Siang itu aku sudah di sambut bosku di ruang guru.  Beliau meminta karya antologiku untuk dipinjam  sebagai kegiatan literasi di sekolah.   Bergegas aku menuju bangku kerjaku di ruang guru, mengambil buku- buku tersebut.

“yang ada hanya dua buku pak” kataku sambal memberikan buku tersebut. Yang lain ada di rumah.

Tampak kecewa sekali saya perhatikan raut wajahnya dengan jawabanku.  Kemudian beliau menanyakan lagi kapadaku, “ antologi siswanya dimana?”

Aku kembali ke bangku kerjaku, aku  bongkar laci meja, tapi tidak aku temukan juga, sayang sekali buku itu tidak aku temukan.

Rasanya kecewa juga aku karena  karya siswaku tidak ada di dalam meja.  Akhinya aku mulai mencari karya-karya siswa yang lain di dalam meja  dan di dalam kotak penyimpanan barang mungkin ada sisa- sisa karya yang tidak hilang, Alhamdulillah aku menemukan beberapa karya yang masih tersimpan dan  sempat terbengkalai  karena lamanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan saat  Work From Home (WFH) disebabkan  wabah virus corona.

Cepat – cepat aku kemasi karya – karya siswa tersebut untuk dibawa pulang, mau aku bukukan sebab hari senin akan ada tamu Tim percepatan pembangunan Sampang yang di pimpin oleh seorang Prof. Tenaga ahlinya  Bapak Bupati Sampang.

Mereka akan berkunjung ke sekolahku dan  akan melakukan  infentarisasi permasalahan pendidikan  dari hasil infentarisasi ini  nantinya akan  diambil sebuah  sikap dan tenntukan  langkah  penyelesaian dari  permasalahan  yang ditemukan.

Ada dua orang teman  guru bertanya kepadaku , yang pertama “Saya punya antologi siswa, kalau guru saya tidak punya, bisakah kamu memberiku contoh seperti apa antologi untuk guru itu?  Saya tidak paham sama sekali,” tanyannya kepadaku melaui whatshaps pada waktu kegiatan rapat dinas membahas masalah kedatangan professor tenaga ahlinya bapak Bupati sampang tersebut.

Orang yang kedua menayakan,  apa  isi antologi  itu?  dari  dua pertanyaan ini aku baru menyadari, apa ya… antologi itu?

ternyata  yang terlintas dalam pikiranku  mulai kemarin portofolio itu sama dengan antologi,  cepat – cepat aku hubungi teman literasiku untuk menjawab kebingukanku ini.  “ mas apa bedanya antologi dan portofolio? " tanyaku. 

bersyukur sekali pesan  yan aku kirim lewat whatshap ternyata dia baca saat itu juga dan  memberikan jawaban langsung kepadaku. Dia katakana kalau  antologi itu merupakan kumpulan cerita dari beberapa orang penulis dan  tema yang  mereka tulis adalah sama yang sebelumnya ditentukan bersama oleh para penulisnya tersebut, sedangkan portofolio hanya berupa kumpulan hasil atau karya dari penulis.

“baiklah, aku paham sekarang” ternyata aku benar – benar terjebak pada kata “kumpulan”

Aku juga mulai membuka buku referensi yang lain, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  arti kata  antologi adalah   adalah kumpulan  hasil karya tulis  dari seorang atau beberapa orang pengarang.  Dilihat dari asal katanya  antologi  berasal dari Bahasa Yunani yang memiliki arti harfiah karangan bunga atau kumpulan bunga.

Dari penjelasan di atas setelah saya pelajari ternyata antologi adalah kumpulan dan portofoliop un adalah kumpulan  disini yang membedakan adalah.  jenis  karyanya. Pada antologi adalah kumpulan karya tulis yang tidak berkaitan namun masih   sejenis  dan dalam satu tema,  boleh  dilakukan perorangan atau beberapa orang dengan  tema yang ditentukan bersama. 

Beberapa  contoh tema antologi yang bisa dipakai oleh kalian untuk membuat antolgi:

1.         Mata pelajaran IPS, cerita pahlawan kemerdekaan

2.         Mata pelajaran olah raga, kumpulan cerita bermain futsal

3.         Mata pelajaran matematika, kumpulan cerita cara menghitung cepat

4.         Mata pelajaran Prakarya kumpulan  cara membuat kunir asem

5.         Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn, kumpulan norma – norma yang berlaku di masyarakat

6.         Mata pelajaran seni budaya kumpulan proses pembuatan patung, 

Ada beberapa keuntungan yang bisa kita ambil dalam membuat antologi:

1.         Antologi sebagai awal kita belajar menjadi seorang penulis

2.         Membuat  antologi kita bisa mengajak beberapa  teman membuat sebuah karya buku.

3.         Memberikan inspirasi dan motivasi bagi diri sendiri maupun orang lain bahwa kita dalam satu perjuangan.

4.         Dalam satu buku ada beberapa penulis yang bertanggungjawab dengan tulisan buku tesebut

Adapun kekurangan jika menulis buku antologi adalah:

1.         Kualitas tulisan penulis berbeda

2.         Jika buku antologi itu menghasilkan uang, maka harus dibagi bersama, gampang – gampang sulit kalua sudah bicara uang.

3.         Kita menjadi tidak focus untuk mengembangkan diri menjadi seorang penulis.

Semoga catatan kecil novi  ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi kalian yang ingin menjadi penulis.

Daftar pustaka https://kbbi.web.id/antologi

https://www.haniwidiatmoko.com/menulis-buku-antologi-mudah/

https://blog.typoonline.com/antologi/

 

PILAR BAHAGIA

Haruskah seperti ini selamanya, permasalahan yang tidak pernah berujung untuk diakhiri.

Malam ini semakin larut, lelakiku tak jua datang menemuiku, kalau aku yang mengalah datang menemuinya sama artinya aku sudah menunjukkan sebuah kekalahan dihadapannya dan lelakiku semakin angkuh menunjukkan kepadaku bahwa dia seorang lelaki yang selalu benar  dan  keangkuhannya akan semakin menjadi untuk ditununjukkan kepadaku.  Aku tidak mau itu.

            Malam kedua ini aku dan lelakiku  masih bertahan. Dia tetap tidak mau menemuiku, padahal aku tahu dia sangat  membutuhkan aku. Diamnya dia membawaku juga bersikap angkuh kepadanya.  Aku tahu ini masalah kecil yang bisa jadi besar. Karena aku juga measa benar.

Pagi ini aku ingin berdamai denganmu, berkatalah “ya,” kepadaku pintaku dalam hati, sebagai satu kata jawaban aku pamit mau berangkat kerja. Ku cium tangannya dan aku merasakan senyum yang dipaksakan,  tatapan dingin mata dan raut wajah belum bisa membohongiku belum ada niatan dalam diri lelakikau untuk berdamai.

            “Aku datang” sapaku saat pintu  rumah kubuka, tidak ada jawaban yang aku dengar, aku tahu lelakiku sudah datang sepeda motornya sudah terparkir di depan pintu, “kemana  lelakiku?” pikirku mengapa masih belum mau menjawabku.

Malam ini malam  ketiga aku dan kamu masih bertahan untuk tidak saling bicara. Aku mulai mengalah lagi “maukah kamu makan bersamaku? ayoolah… kita makan bersama,”

“Nanti,” jawabnya.  Dia tak juga datang menenmaniku di meja makan.

            Aku masih belum berani untuk beranjak dari meja makan, kalau aku tinggalkan meja makan ini kemarahanmu tidak akan berakhir.  Sampai kapan kebisuan  ini akan berakhir tidak  mengerti.

            Jam sudah menunjukkan pukul  sembilan malam, kamu tak juga mau datang, sebenarnya aku juga sudah jenuh dengan semua ini, aku tinggalkan meja makan menuju kamar tidur. Rasanya ingin berteriak,”apa maumu? pergilah jika kamu ingin pergi, pergilah kamu jauh dariku,” kepeluk bantalku, aku usap air mataku, aku tidak ingin dia melihatku menangis, dimana harga diri ini mau ditaruh, emosiku  mulai meninggi.

            “Gubrak,” aku mendengar pintu masuk rumah ditutup dengan keras, sangat menakutkan dan menyakitkan yang aku rasakan, bunyi pintu ini semakin menyesakkan dadaku, apa sebenarnya yang diinginkan.

Antara ingin ditemui dan ditinggalkan menyatu dalam dinginnya malam berharap dia akan datang walau sebenarnya  sangat ketakutan buat aku. Hanya hela nafas panjang yang bisa aku lakukan ketika kudengar suara seret kakinya melangkah menuju kamar belakang.

Syukurlah dia menuju kamar. Kata – kata tidak terasa terucap oleh bibirku.Keinginanku hanya satu   dia tidur  dan malam ini tidak ada lagi kemarahan lagi.

 “mengapa kau tak datang ke kamarku?” tanyaku dalam hati.

akan mengatakannya setiap kali

Tanpa kau tengok ke belakang, runcingnya ujung kusut ini telah menjadi kipas yang melenakan penghuninya untuk berdiam dalam kedinginan tanpa kehangatan yang beradu.

Sesekali aku akan mengalah, berharap kehangatan dalam kekalahan itu menjadi kebahagiaan yang sempurna. Semua itu semu belaka tidak ada artinya untukmu, kala hati merasakan terkoyak, terbanting dalam penghianatan kasih, rasanya tidak akan terbangun kembali untuk diselesaikan.

Sakit…

Kala hati hanya bisa meratap tanpa ada keberanian yang bijak untuk melangkah.

Keputusan sepihak untuk kebahagiaan diri dianggap sebagai solusi terbaik.

Tak perlu sanjungan orang lain, yang kemarin mencibirkan bibirnya buat kita. Cukuplah kita berdua bisa berada dalam hidup yang sempurna seperti pilar yang sudah dibangun di awal.

Malam ini aku mengalah lagi. Entah apa yang membawamu menjadikanku bak putri raja. Inikah yang dikatakan bahagia. Inikah yang dikatakan kesempurnaan kasih karena saling mengisi. Maaf aku belum bisa mempercayaimu, ada pamrih yang aku rasakan disini. Aku ingin menjadi  putrimu disetiap waktu. Aku tidak minta sesaat, selamanya dan permanen, tidak salahkan pintaku? jangan biarkan kekalahan ini menjadi kekuatan yang mengakar untuk bertekad pergi. Cepatlah perbaiki diri, berdirkan kembali sebagai pintu masuk kebahagiaan, karena kau milikku.

Menjelang malam, hal yang paling aku takutkan berada di dekatmu.  Malam sebuah peristiwa yang dimana tubuh mulai meminta untuk dipahami yang berakhir dengan diam dalam kekakuan diri di dalam kamar, menunggumu bisa mengerti diriku yang telah lelah berada diluar mulai pagi. Apa yang ada dibenakmu sebenarnya, adakah aku disana, yang utuh tanpa ada ruang – ruang lain yang kau hadirkan sehingga kau melupakanku.  Sehingga kau tak membutuhkan aku agar bisa menemanimu. Aku sudah mengetuk hatimu namun tak kunjung hadir ruang utuh itu  buatku.

Sayang, jika kau dari awal menghadirkanku dalam pikiranmu tak akan begini jalan tengah ini.  Sayang,  aku belum bisa mengatakan ini adalah akhir dari cerita kita,  aku butuh kehadiranmu bukan dengan caramu.  Aku tahu mata dan hatimu  mengerti apa yang aku mau, jangan hidup dalam kepura-puraan, dengan perasaan yang menggiringku ke dalam sebuah kesalahan dan di atas kebenaran  cibiran orang  yang tak paham siapa aku dan siapa kamu  berada dalam tempurung cinta.

Bukalah hatimu, sayangi aku bukan dengan caramu.

Duduklah berdua agar setiap masalah bisa terselesaikan bersama

 CINTA  KITA

Masa sekolah  SMA orang bilang masa yang menyenangkan, benarkah?

Saat ini aku lagi berada di sekolah SMAku ,  aku jadi teringat   pada kejadian di bulan November. 

Teringat dengan  seorang teman yang selalu melintas di Lorong kelasku. Awalnya aku cuek dengan anak kelas sebelah ini lama -lama dia menarik perhatianku juga.   Setiap jam istirahat dia selalu melintas di Lorong kelasku   dia selalu  menatapku yang selalu sibuk di dalam kelas dengan tugas-tugas guru untuk diselesaikan.   Masa itu telah berlalu, dan  tatapan matamu masih aku ingat  bergulir dalam bayang anganku  mengenang cerita  masa cinta monyet dulu. 

Kebiasaanmu di saat jam kosong selalu melintas di depan kelasku sekarang menjadi cerita.   Akh…   cinta  entah  apa yang akan terjadi jika disaat itu aku  menatapmu jua.  Aku tahu saat itu kamu kecewa.  

Kebekuan hati tak mampu untuk  menjawab pandangan matamu, menerimamu sebagai seorang kekasih.  

Lorong kelas ini masih seperti dulu, tidak ada perubahan sedikitpun,  kamu percepat langkah kakimu ketika kamu tahu tak ada respon apapun dariku.  Mungkin ini  yang dikatakan Cinta monyet masa SMA. 

Di bulan November itu, kamu memberanikan diri menemuiki di dalam kelas,  kamu duduk di depan bangkuku dan kamu katakan aku cinta kamu.  Aku diam tidak pernah memberikan jawaban buatmu.  Dan kamu pun pergi berlalu  meningalkanku. 

Akh…. Cinta. 

Sekarang kita memiliki cinta itu.

 PEMBELAJARAN DIFERENSIASI POKOK BAHASAN KEBUTUHAN Mengapa harus diferensiasi? Sebagai seorang guru sudah menjadi bagian dalam proses kegi...