POLIGAMI
Pagi ini
waktunya ibuku untuk kontrol ke rumah
sakit. Satu minggu yang lalu beliau terjatuh dari kursi sholatnya
setelah selesai sholat. Beliau jatuh karea tergesa-gesa membuka
mukenanya, mungkin beliau lupa kalau usia dan keinginannya untuk kerja sudah
tidak lagi sejalan, sehingga beliau
cepat-cepat membuka mukenanya dan tanpa
disengaja kaki kananya masih menginjak mukena.
Terjatuhlah beliau sampai tangannya patah karena menahan badannya yang
sudah gemuk.
Sampai di rumah
sakit seperti biasalah para dokter spesialis di rumah sakit tidak akan datang
pagi-pagi. Biasanya berkisar jam sepuluh
baru pelayanan untuk ibuku bisa dilayani.
Agar ibu tidak terlalu lama menunggu di rumah sakit aku bersama saudara – saudara yang lain membuat
skenario kontrol ibu dengan strategi, siapa yang ambil tiket masuk, siapa
yang antri di loket, siapa yang mengantarkan ibu dan siapa yang menunggui ibu
di dalam ruang periksa dan pada jam berapa kami harus berkumpul semua untuk
menemani ibu di rumah sakit. Sebuah kekompakan kami karena semua memiliki jam kerja kantoran.
Pukul sembilan
pagi aku sudah berada di rumah sakit. Aku
perhatikan para pasien sudah mulai banyak
berdatangan, kursi antri pasien juga sudah mulai penuh. Mereka semua menunggu giliran dipanggil oleh perawat ruang poli masing-masing sesuai dengan jenis penyakit yang akan diperiksanya. Begitu juga dengan aku. Aku duduk di kursi depan deretan pasien.
Aku ditemani dengan mbak Anik dan adik. Mbak Anikku duduk di kursi tepat dibelakang kursi yang aku
duduki, sedang adik berada di samping
kananku. Ketika lagi asyik berdua bercerita tentang pekerjaan kantor tiba -
tiba mbak Anikku tertawa cekikikan
sendiri sambil menendang kaki kami
berdua. Dengan spontan aku dan adik menolehlah ke belakang melihat mbak Anikku tertawa sendiri.
Aku mulai penasaran
dengan ulah mbak Anik,
“ada apa?” tanyaku,
mbak Anik Anik masih saja tertawa sambil
menunduk menahan tawanya itu.
Aku dan adiknya semakin heran dengan tingkah mbak
Anik.
Tiba – tiba ada orang
laki-laki yang aku perjatikan mulai tadi duduk disamping mbak Anik berdiri
berjalan ke arah utara. Setelah laki-laki tersebut mulai menjauh dari pandangan
kami bertiga barulah mbak Anik mau menatap aku dan adik.
“Sini” kata mbak Anik sambal mendekatkan kepalanya kepadaku.
Aku dan adik juga mendekatkan kepala kepada mbak
Anik, karena dia sepertinya ada yang ingin dibisikkan.
“Apa” aku dan adik sangat kepo sekali.
“ Kamu perhatikan tidak orang yang tadi
berdiri dan berjalan meninggalkan aku?” Tanya mbak Anik
“ya “, sambil menunduk aku menjawab
“memangnya
kenapa?” tanyaku lagi
“dia tadi
membaca semua ruangan poli yang yang ada disini.”
“terus…”
“dia bacanya begini, poli gigi, poli anak’ poli mata,
nah… sampai
disitu orang tadi berhenti membacanya,
dan berkata.
“oh … disini
bagian poli semua ya… kalau poligami dimana?
“ha..ha.. “tertawalah
kami bertiga mendengar cerita mbak Anikku ini.
Aku tambahkan
saja ke mbak Anikku, “mbak memangnya poligami itu penyakit apa
ya….?”
” hiiiiiii” kami
bertiga tertawa cekikkan sambil menunduk tidak enak dilihat oleh pasien yang
lain.
Selalukeren bu. mantap
BalasHapuswow sangat menghibur bu
BalasHapus