Kamis, 23 September 2021

 

RUMAHKU

Rumahku istanaku, benarkah ?

Rumah yang aku tempati  cukup besar, ada lima ruang kamar dalam rumah yang aku tempati ini dengan halaman depan yang masih luas, cukuplah jika dua mobil parkir di halaman itu.   Aku mendapatkan satu kamar di belakang dekat dengan ruang dapur.  Kamarku cukup bagus, ada satu lemari, satu meja kecil dan satu lemari pakain untuk baju-bajuku. 

Dalam rumah ini ada ruang untuk menonton televisi.  Aku biasa nonton televisi Bersama keluarga di malam hari,  yaaa… nonton sinetron yang  lagi disukai oleh banyak orang. Dalam rumah ini aku mempunyai tanggungjawab yang besar untuk merapikan rumah.   Mungkin kalian yang membaca tulisan ini bertanya, mengapa aku menuliskan rumah ini, ya…. aku tidak pernah punya keberanian  untuk mengatakan ini adalah rumahku karena aku tidak pernah mengerti posisiku sebagai apa di rumah ini.   

Sebagai anak angkatkah? Sebagai anak yang menumpang hidupkah? Atau aku layaknya seorang pembantu  ini yang aku rasakan di dalam rumah ini. yang aku dengar dari ibu angkatku  aku dulu dijual kepada keluarga ini pada waktu masih bayi dan aku pernah merasakan bahagia berada di dalam rumah ini, aku pernah merasakan sebagai bagian dari anggota dari keluarga ini yang disayang yang dimanja.  Semua itu tidak dapat lagi aku rasakan, saat ini yang aku rasakan hanyalah sebagai  aku anak yang menumpang hidup   sehingga aku layak  untuk tahu diri, menerima apa yang mereka lakukan buatku.   

Bahagiakah aku? jangan pernah ditanyakan.

Aku masih boleh makan disini, aku masih bisa tidur di rumah ini, masih ada waktuku untuk nonton televisi,  aku masih dibelikan pakain, aku masih dibelikan hand phone oleh bapakku, aku masih bisa bersekolah, aku masih bisa beribadah.  Bersyukur ini yang harus aku pegang dalam hati dan senyum itu akan hadir dari sudut bibirku dari sudut mataku yang lelah karena lelehan air mata yang kuhapuskan pada bantal tidurku disaat aku membayangkan bagaimana aku bisa cepat dewasa, mempunyai pekerjaan sendiri sehingga tidak lagi bergantung pada  keluarga ini.

Sering  bayangan ibu kandungku terlintas dalam benakku, walau aku tidak tahu seperti apa wajah beliau, seperti apa wajah bapakku, dua kakak kandungku, mungkinkah mereka  ada rasa kangen buatku?  berandai-andai dengan mereka dikeserindianku di dalam kamar rasanya bahagia sekali jika aku memang bagian bagian hidup  dari kalian semua, bercanda, bergelayut  manja dengan kalian  tanpa ada batas kasih sayang layaknya seorang anak kepada orang tuanya dan  satu yang aku inginkan tanpa ada kata kamu hanya menumpang hidup disini.  Rindukanlah aku, aku ingin mengenal kalian, tengoklah aku disini, biar aku merasakan pelukan kalian, aku merasakan tidak hidup sendiri, aku bisa merasakan mempunyai keluarga.  Aku ingin bertemu kalian.

Sebagai anak yang menumpang hidup di rumah ini, kebersihan rumah menjadi pekerjaanku. Mulai dari bangun tidur  dan  aku baru bisa istirahat ketika semua akitivitas anggota keluarga di dalam rumah sudah selesai mereka masuk dalam kamar masing-masing dan aku pun masuk kembali ke  kamarku.  Pagi hari aku menyapu dan mengempel.  Pulang sekolah aku  cepat- cepat berganti baju melanjutkan pekerjaan bersih- bersih rumah, menyiapkan makanan, mencuci piring,   dan semua tetek bengek yang berusan dengan kebersihan.

Kalau hati lagi bete sekali aku, di sekolah aku kadang cerita sama teman di sekitar bangkuku. Ya… curhat-curhat dikitlah  kepada mereka.  Mereka baik dan mereka mau mendengarkan ceritaku, buatku didengarkan saja sudah bisa melegakan hati, sejenak melupakan apa yang terjadi didalam rumah itu, sejenak terlupakan beban pekerjaan rumah , duduk bersama dengan teman sekolah menceriakan hati , memerdekakan diri menjadi seorang anak bangsa menggapai cita -cita hidupnya.  Sekarang semua sudah lulus sekolah,  mereka melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, tinggal aku di dalam rumah ini dengan cita-cita yang hilang.  Sekarang tak ada lagi tugas yang harus aku selesaikan untuk aku setorkan kapada  guruku, tak ada lagi tawa lepas dengan kalian, mengejar kalian dengan keusilannya, terimakasih sudah berbagi ceria denganku.  Satu yang kuminta dari kalian jangan lupakan aku.

1 komentar:

 PEMBELAJARAN DIFERENSIASI POKOK BAHASAN KEBUTUHAN Mengapa harus diferensiasi? Sebagai seorang guru sudah menjadi bagian dalam proses kegi...